Di sungai Indragiri bagian Hilir terdapat muara anak sungai bernama Batang Tuaka. Beranad - abad sulam, tidak jauh dari pinggir anak sungai itu terletak sebuah pondok kecil yang sudah condong dan mau runtuh. Di pondok itu tinggal seorang janda miskin bersama anak lelakinya yang beranjak remaja bernama Tuaka. Mereka hidup tidak bersanak saudara. Pekerjaan mereka adalah mengumpulkan kayu api setiap hari untuk di jual ke bandar.
Pada suatu hari, pergilah tuaka dan ibunya masuk ke hutan . ketika keduanya sedang asik membelah kayu api di hutan, tiba - tiba mereka dikejutkan oleh dua ekor ular yang cukup besar sedang bekejaran dari arah tebing sungai . Ular - ular itu berada dekat sekali dengan mereka. Kedua ular tersebut bergumul memperebutkan sesuatu. Mereka belit - membelit dan gigit - gigit sehingga sebiji kemala (permata) yang diperebutkan itu pun terpelanting. Permata itu jatuh dekat sekali dengan kaki mak tuaka.Beliau langsung memungutnya, lalu dibungkus erat - erat dengan ujung kain selendang. Sebelum ular - ular itu sempat merebut kemalanya kembali, Tuaka dan ibunya berlari pontang panting pulang ke rumah mereka. Menjelang tidur pada malam hari , tuaka dan ibunya asik berunding dan bermufakat untuk menjual kemala ular yang mereka temukan itu.
Keesokan harinya , pagi - pagi benar tuaka telah berada di Bandar. Ia mencoba berunding ke sana - ke mari, menghadap para saudagar pembeli rotan dan damar yang sedang berada di Indragiri ketika itu. Kemala hikmat itu cukup mulia dan amat mahal harganya, sehingga tidak ada orang di situ yang sanggup utnuk membelinya. Setelah puas berunding kesana kemari, akhirnya Tuaka bertemu dengan seorang pedagang kaya dari Tumasik.
Pedagang itu sanggup membeli kemala itu dengan harga mahal . Mengingat uang yang dibawanya tidak mencukupi lalu ia minta tuaka mengikutinya ke Temasik, bandar singapura, saudagar berjanji akan melunasinya disana. Tuaka tidak punya pilihan. Dia mengalami delema yang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar