Kamis, 30 Oktober 2014

Kurangnya perhatian orang tua terhadap Pendidikan




Laporan: Risma Yuniarni, S.Pd (Guru SM3T Riau)
          Ketika saya pertama kali bertugas di desa sinata distrik asolokobal-wamena kab. Jayawijaya papua, saya merasa sangat berbeda dengan daerah saya berasal terutama kebersihan anak, bahasa, tata kesopanan namun disisi lain anak-anak di wamena ini mempunyai sisi malu, sangat kuat mengangkat barang-barang berat.
          Saya merasa bersyukur bisa merasakan perbedaan anak didik  namun disisi lain orang tuanya tidak peduli apa saja kegiatan yang dilakukan anak disekolah, orang tua hanya tau anaknya masuk sekolah saja. Saya sebagai guru ingin sekali orangtua anak didik bisa memperhatikan anaknya masing-masing karena dengan perhatian, motivasi dari orang tua anak akan lebih berprestasi.
          Ketika saya mendengarkan cerita kepala sekolah TK-SD satu atap inpres megapura bahwa orang tua disini taunya hanya mensekolahkan anak, bahwa sekolah itu gratis saja namun pratisipasi orangtua tidak ada. Kepala sekolah berkata” dulu saya berusaha membangun TK Tunas Harapan ini dengan susah payah, saya sudah mengajukan proposal untuk dana BOS untuk TK Tunas Harapan namun tidak dapat dana BOS itu, apalagi saya juga mengajukan proposal untuk buku-buku perpustakaan di SD ini namun sampai sekarang buku-buku itu tidak kami dapatkan.
          Ketika saya mendengarkan cerita kepala sekolah , saya merasa bersyukur bisa bersekolah disumatra dengan ilmu pengetahuan banyak, saya juga bersyukur ketika kiriman poster-poster hewan,sayuran dari riau datang yang menjadi jendela ilmu pengetahuan di Kelas TK , yang mana anak-anak SD sering sekali ke kelas TK melihat poster-poster tersebut.
          Saya berharap dunia pendidikan di papua tetap lebih maju dengan didukungnya partisipasi orang tua, tersedianya buku-buku disetiap perpustakaan sekolah, sarana-prasarana yang lengkap.

Kurangnya perhatian orang tua terhadap Pendidikan



Laporan: Risma Yuniarni, S.Pd (Guru SM3T Riau)
          Ketika saya pertama kali bertugas di desa sinata distrik asolokobal-wamena kab. Jayawijaya papua, saya merasa sangat berbeda dengan daerah saya berasal terutama kebersihan anak, bahasa, tata kesopanan namun disisi lain anak-anak di wamena ini mempunyai sisi malu, sangat kuat mengangkat barang-barang berat.
          Saya merasa bersyukur bisa merasakan perbedaan anak didik  namun disisi lain orang tuanya tidak peduli apa saja kegiatan yang dilakukan anak disekolah, orang tua hanya tau anaknya masuk sekolah saja. Saya sebagai guru ingin sekali orangtua anak didik bisa memperhatikan anaknya masing-masing karena dengan perhatian, motivasi dari orang tua anak akan lebih berprestasi.
          Ketika saya mendengarkan cerita kepala sekolah TK-SD satu atap inpres megapura bahwa orang tua disini taunya hanya mensekolahkan anak, bahwa sekolah itu gratis saja namun pratisipasi orangtua tidak ada. Kepala sekolah berkata” dulu saya berusaha membangun TK Tunas Harapan ini dengan susah payah, saya sudah mengajukan proposal untuk dana BOS untuk TK Tunas Harapan namun tidak dapat dana BOS itu, apalagi saya juga mengajukan proposal untuk buku-buku perpustakaan di SD ini namun sampai sekarang buku-buku itu tidak kami dapatkan.
          Ketika saya mendengarkan cerita kepala sekolah , saya merasa bersyukur bisa bersekolah disumatra dengan ilmu pengetahuan banyak, saya juga bersyukur ketika kiriman poster-poster hewan,sayuran dari riau datang yang menjadi jendela ilmu pengetahuan di Kelas TK , yang mana anak-anak SD sering sekali ke kelas TK melihat poster-poster tersebut.
          Saya berharap dunia pendidikan di papua tetap lebih maju dengan didukungnya partisipasi orang tua, tersedianya buku-buku disetiap perpustakaan sekolah, sarana-prasarana yang lengkap.

Air Mata Pendidikan Di Megapura




Laporan:  Risma Yuniarni, S.Pd. (Guru SM3T asal Riau)
Ketika kami (guru-guru) datang mengajar di sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura Tgl 14-10-2014 jam 07.30 WIT, ada kejadian yang tidak terduga ternyata sekolah kami masih terkunci karena pintu kantor kepala sekolah, kantor guru tempat kuncinya dimasukkan kayu-kayu kecil. Disitulah kami menunggu penjaga sekolah agar bisa membuka kantor kepala  sekolah, kantor guru,namun setelah beberapa menit berlalu dan hasilnya kantor kepala sekolah, kantor guru tidak bisa dibuka. Akhirnya siswa-siswi sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura dikumpulkan dihalaman sekolah dan kepala sekolah memberitahu bahwa kunci sekolah kita dirusak oleh orang tidak bertanggungjawab. Kemudian kepala sekolah mengajak anak untuk berdoa bersama agar disadarkan pelaku perusakkan kunci sekolah kita, semoga diampuni segala kelakuan yang tidak baik, dan siswa-siswi dipulangkan kerumah masing-masing. Kami guru-guru tetap menunggu pintu kantor kepala sekolah, kantor guru,namun tetap saja belum terbuka. Kepala sekolah juga berkata perusakkan kunci pintu kantor, kunci sekolah sudah ke 12 kalinya.
Keesokkan harinya kami datang mengajar di sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura Tgl 15-10-2014 jam 07.30 WIT, ternyata masih tetap pintu kantor kepala sekolah, kantor guru dan lebih tidak terduganya pintu kelas 5,6 tempat kuncinya dimasukkan kayu-kayu kecil yang lebih banyak. Pak moko (Kepala sekolah) TK-SD Satu atap inpres megapura siswa-siswi dikumpulkan dihalaman sekolah dan kepala sekolah memberitahu bahwa kunci sekolah kita lebih banyak dirusak oleh orang tidak bertanggungjawab itu, kepala sekolah mengajak anak untuk berdoa bersama agar lebih disadarkan pelaku perusakkan kunci sekolah kita, semoga diampuni segala kelakuan yang tidak baik, dan siswa-siswi dipulangkan kerumah masing-masing. Kepala sekolah berkata kepada kami guru-guru apa maunya orang yang tidak bertanggung jawab ini? Jika tidak senang saya menjabat silahkan gantikkan saya, saya bisa laporkan sama kepala dinas pendidikan agar saya digantikan jabatan saya sama orang yang bisa menanggung beban ini, saya lebih enak jadi guru biasa, tidak banyak beban yang dipikul. Ketika kepala sekolah bicara itu saya seorang guru merasa sedih dan kecewa dengan tindakan orang yang tidak bertanggung jawab.
Keesokkan harinya kami datang mengajar di sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura Tgl 16-10-2014 jam 07.30 WIT, ternyata masih tetap pintu kantor kepala sekolah, kantor guru dan tidak terduganya pintu kelas 5,6 tempat kuncinya dimasukkan kayu-kayu kecil yang lebih banyak. Pada saat itu pak roni(penjaga sekolah) mau membongkar kunci dirusak sama pelaku yang tidak bertanggung jawab, namun pak edo(salah satu guru di sekolah itu) bilang sama pak roni,    penjaga sekolah yang lain lebih baik kamu panggil kepala desa, ketua komite sekolah agar jadi saksi dan memberikan solusi tentang perusakkan kunci sekolah ini. Pak edo bilang sama pak roni yang rugi adalah anak-anak megapura karena 1 jam saja anak-anak tidak dapat ilmu, apalagi 1 hari bahkan 1 minggu anak-anak tidak dapat ilmu, kami ini guru yang urusannya mendidik agar anak-anak indonesia lebih pintar dan lebih sukses dimasa depannya. Tidak beberapa lama kemudian datang lah bapak kepala desa, pak edo bersama penjaga sekolah bilang ini perusakkan kunci sekolah yang sudah 13 kali dilakukan oleh orang tidak bertanggungjawab,pak edo mengulangi kata-katanya tadi “. Pak edo berkata yang rugi adalah anak-anak megapura karena 1 jam saja anak-anak tidak dapat ilmu, apalagi 1 hari bahkan 1 minggu anak-anak tidak dapat ilmu, kami ini guru yang urusannya mendidik agar anak-anak indonesia lebih pintar dan lebih sukses dimasa depannya” . Akhirnya kepala desa menyerahkan sama pihak sekolah yang diwakilkan pak edo untuk membongkar pintu sekolah, namun pak edo bilang membongkar saja bisa namun sekolah inikan punya kepala desa, ketua komite sekolah, masyarakat sekitar sekolah jadi kami memohon agar ada ikut sertanya terhadap pendidikan yang ada disekolah ini. Dan pak roni berkata membongkar itu mudah saja namun harus ada kunci yang baru diganti itu, kalaupun itu  dibongkar kunci pintu kantor kepala sekolah, kantor guru siapa yang akan mengawasinya setiap saat? Kepala desa bilang hari ini anak-anak dipulangkan kerumah masing-masing, besok kita rapatkan bersama kepala desa, ketua komite, kepala sekolah, guru-guru tentang perusakkan kunci sekolah ini.
   
Saya jadi guru disini merasa kasihan dengan anak-anak. Didalam hati anak-anak menangis kenapa saya tidak belajar hari ini? Saya memberikan pengertian kita tidak bisa sekolah karena perusakkan kunci kantor kepala sekolah, kantor guru dan lebih parahnya pintu kelas 5,6 tempat kuncinya dimasukkan kayu-kayu kecil yang lebih banyak.  Kita harus bersabar ya anak-anak semoga kita besok bisa bersekolah dengan lancar kembali. Amin....
Keesokkan harinya kami datang mengajar di sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura Tgl 17-10-2014 jam 07.30 WIT, ternyata masih tetap saja masih dirusak  kunci pintu kantor kepala sekolah,kantor guru, kelas 2,3,4,5,6. Pada saat itu pak edo merasa sangat kecewa terhadap pelaku perusakkan kunci pintu sekolah. Akhirnya anak-anak disuruh pulang kerumah masing-masing, terganggu akibat perusakkan kunci kelas sekolah.sehingga proses pelajaran.
Keesokkan harinya kami datang mengajar di sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura Tgl 18-10-2014 jam 07.30 WIT, ternyata masih tetap saja masih dirusak  kunci pintu kantor kepala sekolah,kantor guru, kelas 2,3,4,5,6. Pak edo, pak mosip bergotong royong halaman sekolah namun proses belajar tidak dilakukan karena masih terganggu. Tidak beberapa lama kemudian pak roni(penjaga sekolah) memaksa untuk membongkar pintu sekolah. Mendengar cerita ibu ola (guru) dan pak barti bahwa pak roni mengancam guru-guru kalau saya sudah membongkar pintu sekolah  dan guru-guru tidak datang mengajar disekolah ini. Ibu ola berkata” saya disini mengajar dan ingin mendapatkan ketenang mengajar”. Disisi lain saya merasa kecewa terhadap sikap pak roni penjaga sekolah ini, tugas guru itu mengajar dengan tenang.
Keesokkan harinya kami datang mengajar di sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura Tgl 20-10-2014 jam 07.30 WIT, ternyata masih tetap saja masih dirusak  kunci pintu kantor kepala sekolah,kantor guru, kelas 2,3,4,5,6 dan ditambah parah sama besi yang dimasukkan kedalam kunci pintu kantor kepala sekolah. Pak moko(kepala sekolah) duduk sambil termenung memikirkan permasalahan ini. Pak moko mengajak siswa-siswi dikumpulkan dihalaman sekolah dan kepala sekolah memberitahu bahwa besok membawa orangtua kesekolah untuk rapat disekolah tentang permasalahan yang terjadi sekolah ini dan siswa-siswi  dipulangkan kerumah masing-masing.
Keesokkan harinya kami datang untuk rapat di sekolah TK-SD Satu atap inpres megapura Tgl 21-10-2014 jam 07.30 WIT, hanya sebagian orangtua dan kepala desa, ketua komite sekolah yang bisa datang kesekolah. Pada jam 09.00 WIT rapat dimulai oleh kepala sekolah dengan berdoa lalu kepala sekolah berkata” mohon maaf kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah meluangkan waktunya untuk rapat hari ini, saya beritahu permasalahan disekolah yang pertama perusakkan kunci sekolah yang dilakukan oleh orang tidak bertanggungjawab dan yang kedua setiap malam mabuk-mabuk di lingkungan sekolah seperti halaman sekolah kotor dengan ludah pinang, botol-botol miras, bungkus-bungkus makanan. Maka dari itu saya sebagai kepala sekolah disini memohon solusi dari permasalahan disekolah ini. Tidak beberapa lama bapak markus lanni(mantan ketua komite) berkata kalau permasalahan ini yang kita lakukan pertama : kumpulkan semua tuan tanah sekolah ini, kumpulkan semua kepala desa di distrik Asolokobal, kumpulkan semua kepala suku, mantan-mantan penjaga sekolah ini supaya mereka menceritakan apa yang terjadi selama ini disekolah dan mencarikan solusinya. Dari hasil rapat tadi yaitu tagl 27 oktober 2014 diadakan rapat kembali dengan semua tuan tanah,semua kepala desa di distrik Asolokobal, semua kepala suku, mantan-mantan penjaga sekolah ini disekolah. Oke sekian dulu laporan saya, kita tunggu lagi hasil rapat tanggal 27 oktober 2014.

              


                                                                                        bersambung....